PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN MELALUI HOME INDUSTRY

PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN MELALUI HOME INDUSTRY
FATMAWATI
110563201090
Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji

PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang Masalah
          Pariwisata menjadi suatu hal yang menarik saat ini, apalagi tempat ini selalu menjadi destinasi para turis lokal ataupun mancanegara untuk menghabiskan waktu liburnya bersama teman maupun keluarga. Pariwisata menjadi hal yang tak luput dari perhatian pemerintah, apalagi semenjak adanya UU no 32 tahun 2004 yang membuat pemerintah pusat dan daerah semakin gencar untuk memanfaatkan kawasan pariwisatanya sebagai penambah devisa negara ataupun pendapatan asli daerah.
       Banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah pusat atau daerah dalam memanfaatkan pariwisata menjadi tempat yang dapat mendatangkan keuntungan dari mengadakan suatu event pariwisata hingga memanfaatkan hasil alam yang dikelola secara kreatif lalu dijual keturis lokal ataupun mancanegara. Akan tetapi banyak pula daerah yang belum mampu mengelola pariwisatanya secara maksimal yang sebenarnya memiliki tempat wisata yang indah, dengan pasir putih dan laut yang bersih, memiliki kearifan lokal ataupun lainnya.
       Biasanya pengelolaan yang belum maksimal dan promosi yang belum intens hanya menjadi tujuan wisata turis lokal saja yang kurang membawa pemasukan terhadap pendapatan dan hal ini pulalah yang menyebabkan kurang terkenalnya suatu kawasan pariwisata dan kurangnya dalam pemberdayaan masyarakat pesisir.
       Masyarakat pesisir terutama para nelayan kecil, masih terbelit oleh persoalan kemiskinan dan keterbelakangan. Terdapat persoalan tertentu terkait dengan aspek ekologis, sosial, dan ekonomi, sehingga masyarakat pesisir masih tertinggal (Hanson 1984).1 Rendahnya taraf hidup masyarakat pesisir, kurangnya pemberdayaan masyarakat pesisir, terbiarkan begitu saja kawasan pariwisatanya serta akses yang kurang memadai untuk menuju ke lokasi merupakan persoalan utama yang sering dijumpai di kawasan pariwisata dan bisa menjadi salah satu indikator kurangnya pembangunan kepariwisataan yang berada di daerah – daerah.
       Padahal dengan memanfaatkan potensi kawasan pariwisata dan dukungan dari masyarakat pesisir agar kreatif dalam memanfaatkan hasil alam bisa membawa keuntungan yang besar bagi perekonomian daerahnya terutama ekonomi keluarga. Pembangunan kepariwisataan perlu di bantu oleh pemerintah daerah, dinas kelautan dan perikanan, dinas pariwisata dan pengusaha penunjang kepariwisataan dalam mengelola kawasan pariwisata tersebut jika tidak, akan menimbulkan ketidak sinergian dalam membangun kawasan pariwisata dan effect yang kurang sebagai daya tarik wisatawan untuk datang ketempat tersebut. Agar pembangunan kawasan pariwisata berjalan lancar maka kawasan tersebut haruslah memiliki suatu keunikan yang menjadikannya sebagai daya tarik tertentu karena pembangunan kepariwisataan tentulah tidak luput dari pengaruh masyarakat pesisir yang tinggal berada di kawasan tersebut dengan tujuan ikut dapat membantu kesejahteraannya.
       Melalui uraian masalah tersebut, penulis tertarik ingin mengangkat suatu judul menjadi essai dalam penulisan ini yang berjudul “Pembangunan Kepariwisataan melalui Home Industry”
1.2  Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan menjadi batasan dalam penulisan ini yaitu “bagaimana meningkatkan Pembangunan Kepariwisataan melalui Home Industry?”
1.3    Tujuan dan Manfaat
  Ada beberapa tujuan dan manfaat dari penulisan essai ini yaitu
1.    Untuk mengetahui perkembangan kepariwisataan di indonesia
2.    Untuk mengetahui pembangunan kepariwisataan di indonesia
3.    Untuk mengetahui keuntungan home industry
4.    Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan Pembangunan Kepariwisataan melalui Home Industry
5.    Membantu peneliti lainnya yang ingin mengambil judul yang sama mengenai pembangunan kepariwisataan
6.    Mengembangkan ilmu administrasi negara dalam menganalisis segala hal
7.    Menjadi bahan pengetahuan agar lebih mengenal potensi yang ada di daerahnya.

KAJIAN TEORI
Pariwisata selalu menjadi destinasi yang tepat ketika seseorang merasakan lelah dan merefresh diri dan tempat pariwisata selalu menjadi tempat yang menggiurkan untuk melakukan suatu bisnis, apalagi jika bisnis tersebut dapat mendatangkan keuntungan bukan hanya negara dan daerah tetapi juga masyarakat yang berada disekitar.
 Bila dilihat dari segi etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu pari berarti berkeliling, berputar-putar, berkali-kali, dari dan ke serta kata wisata berarti berpergian, perjalanan, yang dalam hal ini bersinonim dengan kata travel. Berdasarkan arti kata tersebut bahwa pariwisata adalah melakukan suatu perjalanan untuk berkeliling disuatu tempat baik di daerahnya sendiri maupun didaerah orang lain. Menurut (Goeldner dan Ritchie : 2009)2 Selalu ada saja yang menjadi alasan wisatawan berkunjung ke suatu tempat pariwisata karena “…seeks various psychic and physicalexperiences and satisfaction” (mencari pengalaman dan kepuasan yang bersifat psikis dan fisik). Berkaitan dengan hal tersebut, sebuah faktor penting yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum sebuah destinasi pariwisata dikembangkan adalah motivasi yang menjadi latar belakang seseorang untuk berwisata. Menurut (R.W. McIntosh dalam bhatia : 2002)3 menjelaskan bahwa motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan adalah sebagai berikut:
1. Pleasure (bersenang-senang), dengan tujuan “melarikan diri” untuk sementara dari rutinitas sehari-hari.
2. Relaxation, rest and recreation (beristirahat untuk menghilangkan stress) dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. Hal tersebut antara lain dilakukan dengan mengunjungi lingkungan yang berbeda dengan yang dilihatnya sehari-hari, di mana lingkungan tersebut memberikan kesan damai dan menyehatkan;
3. Health (kesehatan), yaitu berkunjung ke tempat-tempat yang dapat membantu menjaga kesehatan atau menyembuhkan penyakit
4. Participation in sports (olah raga yang bersifat rekreasi) contohnya seperti diving
5. Curiousity and culture (rasa ingin tahu dan motivasi yang berkaitan dengan kebudayaan), yang saat ini semakin meningkat kualitasnya karena perkembangan teknologi informasi dan peningkatan kualitas pendidikan.
6. Ethnic and family (kesamaan etnik dan kunjungan kepada keluarga). Khusus berkaitan dengan kesamaan etnik, orang dapat termotivasi untuk mengunjungi suatu tempat karena dianggap sebagai tempat tinggal/kelahiran nenek moyangnya.
7. Spiritual and Religious (alasan yang bersifat spiritual dan keagamaan), memiliki keadaan agama yang sama dan ingin melakukan ibadahnya di tempat tersebut.
8. Status and prestige (menunjukkan status sosial dan gengsi), dengan tujuan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa seseorang memiliki status sosial dan gengsi yang tinggi karena mampu berwisata ke suatu destinasi pariwisata tertentu
9. Professional or business (melakukan aktivitas yang berkaitan dengan profesi/pekerjaan), misalnya aktivitas menghadiri suatu sidang atau konferensi.
Berdasarkan sembilan alasan motivasi tersebut bisa menjadi acuan bagi kita untuk membangun suatu pariwisata, membangun pariwisata yang dapat membuka lapangan pekerjaan, peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata, meningkatkan nilai/citra suatu wilayah geografis, termasuk yang miskin akan sumber daya ekonomi dan mendorong revitalisasi suatu wilayah geografis yang telah kehilangan daya tariknya, misalnya kota tua atau wilayah bekas pertambangan (Ryan : 1991).4
Untuk dapat menjadi suatu daerah tujuan wisata yang baik maka kita harus mengembangkan tiga hal yang dapat memotivasi para wisatan datang kekawasan kita yaitu :
1. Something to see, adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat.
2. Something to buy, adalah segala sesuatu yang menarik atau mempunyai ciri khas tersendiri untuk dibeli.
3. Something to do, yaitu suatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat tersebut.
Dalam essai ini penulis lebih menitik beratkan pada something to buy dalam pembangunan kepariwisataan melalui home industry.

PEMBAHASAN

Dalam kaitannya dengan uraian tersebut di atas, Pasal 4 UU No. 10 Tahun 2009 telah menjelaskan bahwa tujuan dikembangkannya kepariwisataan adalah dalam rangka:
1.    meningkatkan pertumbuhan ekonomi
2.    meningkatkan kesejahteraan rakyat
3.     menghapus kemiskinan
4.    mengatasi pengangguran
5.     melestarikan alam
6.     lingkungan dan sumber daya
7.     memajukan kebudayaan
8.     mengangkat citra bangsa
9.     memupuk rasa cinta tanah air
10.    memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan mempererat persahabatan antarbangsa.
Dalam pembangunan kepariwisataan kita juga perlu memperhatikan bagaimana pemberdayaan masyarakat pesisir yang berada di daerah tersebut. (Payne : 1997)5 mengemukakan bahwa pemberdayaan (empowerment) pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan kekuatan (daya) untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Berdasarkan pendapat diatas adalah bahwa pemberdayaan merupakan suatu langkah untuk membantu masyarakat dalam mengambil suatu keputusan maupun tindakan yang dapat mempengaruhi keadaan sosialnya atau keluar dari keterpurukan ketidakmampuan.
            Jika berbicara mengenai masyarakat pesisir, tentulah hampir semua orang mengatakan bahwa masyarakat pesisir adalah mereka yang bertempat tinggal dipinggiran pantai dengan pekerjaan nelayan ataupun distributor ikan. Masyarakat pesisir selalu dikenal sebagai orang yang masih ketinggalan jauh dengan peradaban modern dengan penghasilan yang tidak terlalu tinggi.
Amanah dalam jurnalnya6 mengatakan bahwa Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan hidup di wilayah pesisiran. Wilayah ini adalah wilayah transisi yang menandai tempat perpindahan antara wilayah daratan dan laut atau sebaliknya. Berdasarkan pendapat tersebut adalah bahwa pesisir merupakan salah satu indikator pembatas antara daratan dengan lautan yang dihuni oleh sekelompok orang. Masyarakat pesisir selalu menjadi subyek orang – orang yang kurang mendapat sentuhan dari pemerintah sehingga membuat masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang kurang terhadap pengetahuan ataupun segala informasi. Banyak diantaranya faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat pesisir menjadi suatu komunitas yang terbelakang atau bahkan terisolasi sehingga masih jauh untuk menjadikan semua masyarakat setempat sejahtera.
                Dilihat dari faktor internal masyarakat pesisir kurang terbuka terhadap teknologi zaman sekarang, sulit mau mengaplikasikan tekhnologi karena minimnya pengetahuan dan juga skill serta tidak cocoknya pengelolaan sumberdaya dengan budaya masyarakat setempat. Sedangkan dari segi eksternal masih kurangnya pemberdayaan terhadap pesisir yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga membuat perekonomian mereka rendah dan kurang produktif. Kedua faktor ini menjadi beberapa penghambat dalam pembangunan kepariwisataan, menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah maupun para dinas terkait untuk segera memberi solusi dan tindakan yang nyata.
(Bowling dan Barbara : 2002)7 mengemukakan bahwa program penyuluhan dapat membentuk perubahan perilaku melalui prinsip berbagi pengetahuan, dan pengalaman dengan masyarakat. Maksud dari bowling dan barbara ini adalah bahwa butuh suatu program yang dapat mengubah kondisi suatu masyarakat terutama masyarakat pesisir yang bisa dimulai dengan membantu pemberdayaan masyarakat pesisir melalui home industry yang bisa dilakukan oleh siapapun dan kapanpun. Tempat untuk home industry ini bisa menggunakan rumah –rumah penduduk, Rumah-rumah penduduk bersifat multifungsi, artinya tidak hanya sebagai tempat hunian dan sosialisasi, tetapi juga difungsikan untuk mengeringkan ikan dan krupuk (yakni bagian atap rumah ataupun teras depan rumah). Ikan kering (ikan asin) ada yang dijual ke pasar atau dikonsumsi sendiri. Bahan baku ikan kering diperoleh dari hasil tangkapan suami atau dibeli dari nelayan lain. Menurut (Nikijuluw : 2002)8 Ikan kering yang dikonsumsi sendiri biasanya dimanfaatkan ketika masa tidak memungkinkan untuk melaut atau tidak ada hasil tangkapan dalam waktu yang relative lama. Ikan dikeringkan agar kondisinya bertahan lama sehingga dapat dimanfaatkan setiap saat. Tujuan dari home industry ini  untuk membantu perjalanan dalam pembangunan kepariwisataan serta dapat memberdayakan masyarakat pesisir yang berada di daerah - daerah.
Pembangunan kepariwisataan juga berkaitan langsung dengan upaya pengentasan kemiskinan, sektor pariwisata memiliki peran yang sangat penting. Menurut (Tjokrowinoto : 2005)9 Pembangunan pariwisata dapat mengurangi tingkat kemiskinan karena karakteristiknya yang khas sebagai berikut:
1.    Konsumennya datang ke tempat tujuan sehingga membuka peluang bagi penduduk lokal untuk memasarkan berbagai komoditi dan pelayanan.
2.    Membuka peluang bagi upaya untuk mendiversifikasikan ekonomi lokal yang dapat menyentuh kawasan-kawasan marginal
3.    Membuka peluang bagi usaha-usaha ekonomi padat karya yang berskala kecil dan menengah yang terjangkau oleh kaum miskin
4.    Tidak hanya tergantung pada modal, akan tetapi juga tergantung pada modal budaya (cultural capital) dan modal alam (natural capital) yang seringkali merupakan asset yang dimiliki oleh kaum miskin.
Sektor pariwisata dapat mengurangi ketergantungan terhadap barang impor yang sering dilakukan oleh indonesia karena sebagian besar barang modal dan barang habis pakai bisa disediakan di kawasan pariwisata tersebut, seperti oleh - oleh kerajinan tangan, makanan dan minuman, dan daya tarik wisata tertentu lainnya. Pembangunan kepariwisataan yang dapat menurunkan tingkat kemiskinan ini sekaligus dapat memberdayakan masyarakat pesisirnya bisa melalui “home indusry”, yupz home industry yang menurut penulis bisa menjadi alternatif dalam memperbaiki perekonomian lokal.
Menurut (Kartasapoetra : 2000 dalam amanah)10, Pengertian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi penggunanya, termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasan industri. Sedangkan Home sendiri diambil dari bahasa inggris yang artinya adalah rumah atau suatu tempat tinggal. Jadi home industry itu adalah suatu tempat yang digunakan untuk kegiatan ekonomi dalam mengelola barang yang masih bernilai rendah menjadi barang dengan nilai yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya dengan suatu catatan administrasi keuangan yang masih sangat sederhana.
Menurut penulis home industry memiliki beberapa keuntungan dalam pengimplementasiannya yaitu :
1.      Menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, bisa perempuan ataupun laki – laki
2.      Mengurangi beban pemerintah dalam menangani penganguran
3.      Memanfaatkan waktu dengan produktif
4.      Mendekatkan antara anggota keluarga satu dengan lainnya untuk bekerjasama membangun suatu produk
5.      Menyadarkan masyarakat pesisir agar lebih kreatif dalam memanfaatkan hasil alam
6.      Menumbuhkan kesadaran masyarakat apabila mau berusaha tentulah mereka bisa memperbaiki perekonomian keluarga
7.      Dapat membuat suatu daerah tersebut menjadi terkenal karena hasil olahan produk home industry nya
8.      Dapat mendatangkan wisatawan asing untuk berlibur dikawasan pariwisata sembari menikmati hasil produk olahan home industry yang murah
9.      menarik wisatawan asing untuk ikut menjadi distributor dalam memasarkan home industry
10.  melalui home industry ini bisa menjadi icon atau ciri khas tersendiri bagi wilayahnya
11.  melalui home industry ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat berada dikawasan pesisir dan membuka peluang pekerjaan untuk masyarakat di pesisir.
Ada suatu anonim yang mengatakan bahwa “tourism is doing business in a smart way” (kepariwisataan adalah melakukan bisnis dengan cara yang lebih pintar). Nah ini salah satunya, meningkatkan kepariwisataan melalui home industry, cara cerdas yang dapat mendatangkan keuntungan baik bagi negara (devisa negara), daerah (Pendapatan Asli daerah) dan masyarakat sekitar (pemasukan keuangan ekonomi keluarga).
Akan tetapi pembangunan kepariwisataan melalui home industry perlu mendapat dukungan dari semua stakeholder. Basuki Antariksa dalam jurnalnya11 mengatakan bahwa Pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan, yaitu yang menjamin bahwa keuntungan yang optimal akan diperoleh secara berkelanjutan, hanya dapat diwujudkan dengan pendekatan (kebijakan) yang bersifat komprehensif dan terintegrasi. Berdasarkan pendapat diatas bahwa perlu ada kebijakan yang dapat mendukung bisnis home industry agar tetap eksis sampai kapanpun dan itu perlu integrasi dari segala dinas, dari dinas pariwisata dan ekonomi kreatif, dinas kelautan dan perikanan, dinas perindustrian dan perdagangan serta pemerintah daerah ataupun kabupaten. Agar kesemuanya tersebut dapat berjalan secara searah tanpa overlapping atau berebutan untuk melaksanakan suatu program
Home industry ini perlu dibantu oleh dinas pariwisata dan ekonomi kreatif karena tujuan industry ini selain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga untuk membangun pariwisata yang memiliki nilai keunikan tersendiri dari hasil olahan alamnya, suatu daerah kepariwisataan  harus benar- benar memiliki unique selling point yang luar biasa untuk menjadi target kunjungan para wisatawan lokal ataupun mancanegara dan ini perlu dukungan dari dinas kelautan dan provinsi karena bahan utama yang menjadi home industry adalah hasil alam yang ada dilaut itu sendiri, bisa berupa ikan yang diolah menjadi kerupuk ataupun cemilan ringan, ikan yang diolah menjadi sarden ataupun bekas kulit gonggong atau kerang yang bisa di kreatifkan menjadi oleh – oleh cinderamata bagi pengunjung.
 Dinas kelautan dan perikanan juga wajib melakukan peninjauan langsung ke masyarakat pesisir yang membuat olahan home industry, apakah ikan yang ditangkap melaui hal yang legal seperti jaring atau yang ilegal seperti pukat harimau, hal ini dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian laut agar tidak punah walau sering dimanfaatkan isinya. Dinas kelautan dan perikanan juga bisa mengajari bagaimana cara mengelola produk hasil laut dengan baik. Produk yang telah dihasilkan tentunya perlu dipasarkan agar orang lain dapat menikmati, merasaka hasil produk olahan yang berada di kawasan pariwisata tersebut dan ini pun perlu bantuan dinas perindustrian dan perdagangan sebagai lembaga yang memudahkan masyarakat pesisir dalam memasarkan produknya baik skala nasional maupun internasional yang tentunya dapat meningkatkan benefit secara besar. Dari semua dinas yang turut berperan dalam home industry perlu dibantu pula oleh pemerintah kota maupun kabupaten dalam menerapkan kebijakan yang tepat untuk membangun kepariwisataan melalui home industry.
Pembangunan kepariwisataan melalui home industry harus menjadi trending suatu daerah agar semangat promosinya intens dalam memperkenalkan kawasana destinasi pariwisata tersebut dan hasil olahan home industrynya tanpa melunturkan kearifan lokal didalamnya. suatu destinasi Persaingan untuk menjadi destinasi pariwisata unggulan tidak lagi hanya terjadi antar negara, melainkan akan menjadi persaingan antar wilayah geografis yang lebih kecil – yang berarti membuat kualitas persaingan menjadi semakin berat, yaitu pada tingkat kota (Watson, R : 2009)12.
Pembangunan kepariwisataan ini juga harus memiliki prinsip dan visi ke depan, memiliki misi yang dinamis mengikuti zaman karena jangan sampai home indutry ini hanya menjadi hangat ketika di awal tetapi setelah sudah lama menjadi hal biasa, tentu saja kita tidak menginginkan hal ini terjadi. Perlu ada keberlanjutan dari pembangunan kepariwisataan melalui home industry. Keberlanjutan itu sendiri pada hakikatnya adalah suatu etik, suatu perangkat prinsip-prinsip,dan pandangan ke masa depan (Sulviyana : 2012)13
Nah, dengan pembangunan kepariwisataan melalui home industry ini harus bisa memotivasi masyarakat pesisir dalam membangun daerahnya agar lebih maju, membangun peredaran uang di kawasannya melalui home industry, membangun kesadaran untuk berwirausaha melalui home industry, membangun kepercayaan bagi siapapun untuk datang berkunjung ke daerahnya yang didukung dengan Perlindungan keamanan, stabilitas politik dan penyediaan skema fasilitasi pendanaan dalam penyelenggaraan usaha pariwisata (Kunkel : 2008)14 Perlindungan kualitas lingkungan hidup, termasuk di dalamnya hal-hal seperti tingkat kejernihan air laut dan kebersihannya, nilai-nilai budaya yang luhur, jumlah wisatawan yang boleh berkunjung dalam suatu waktu tertentu, dan sebagainya.
Pembangunan kepariwisataan melalui home industry juga perlu ditunjang oleh sarana dan prasana yang memadai, seperti mudahnya accessibility untuk ke daerah wisata tersebut. media yang siap mengekspos atau mempromosikan kepariwisataan tersebut beserta produk olahan home industrynya.
(Berdasarkan Sumber : Ditjen Imigrasi dan BPS (diolah kembali oleh Pusdatin Kemenparekraf (www.parekraf.go.id) Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di 19 pintu masuk utama menurut kebangsaan dan pintu lainnya Bulan januari - september 2014 mencapai tingkat pertumbuhan hingga 8,31 %  dengan perbandingan 6.414.149 jiwa tahun 2013 sedangkan tahun 2014 6.946.849 jiwa. Berdasarkan sumber tersebut ini menandakan bahwa pembangunan kepariwisataan di indonesia terus maju secara signifikan dan membawa dampak yang baik untuk indonesia.
Diperkirakan bahwa pada tahun 2020, jumlah kunjungan internasional akan mencapai angka 1,56 milyar kali, dengan peningkatan jumlah perjalanan jarak jauh (longhaul) dari 18% menjadi 24%.6 (Narasaiah : 2006)15. Dengan demikian, terdapat peluang yang lebih besar bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak segmen pasar tersebut yang pada umumnya berasal dari negara-negara yang berpendapatan tinggi (negara maju). Dengan begitu daerah bisa lebih mudah mempromosikan kawasan pariwisatanya sekaligus hasil produk home industrynya.

PENUTUP

Ada suatu anonim yang mengatakan bahwa “tourism is doing business in a smart way” (kepariwisataan adalah melakukan bisnis dengan cara yang lebih pintar). Nah ini salah satunya, meningkatkan kepariwisataan melalui home industry, cara cerdas yang dapat mendatangkan keuntungan baik bagi negara (devisa negara), daerah (Pendapatan Asli daerah) dan masyarakat sekitar (pemasukan keuangan ekonomi keluarga).
Melalui hal sederhana inilah kita bisa memulai pembangunan kepariwisataan melalui home industrynya dengan dukungan dari segala aspek baik dari stakeholder maupun pemangku kepentingan pendukung pariwisata hingga penyediaan sarana dan prasana yang memadai yang memudahkan turis lokal maupun mancanegara untuk berjalan ke lokasi tersebut.
Sektor pembangunan kepariwisataan melalui home industry ini dapat Mendorong pengembangan wilayah dan penciptaan kawasan ekonomi baru, Meningkatkan jumlah dan permintaan akan produk perikanan dan laut baik di dalam maupun luar negeri, memotivasi daerah lain mengembangkan kawasan pariwisatanya untuk lebih produktif, membantu penyebaran infrastruktur hingga ke pelosok daerah, mendatangkan income bagi negara serta menjadikan salah satu gerbang perekonomian nasional. Dengan demikian, home industry sebaiknya diposisikan sebagai sektor pendukung keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembangunan kepariwisataan.

REFERENSI
1 Hanson, A. J. 1984. Coastal Community: International Perspectives. Paper Presented at the 26 th Annual Meeting of the Canadian Commission for UNESCO, St John’s Newfoundland, 6 th June 1984.
2 Goeldner, C.R. and Ritchie, J.R.B. 2009. Tourism: Principles, Practices, Philosophies. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.: 5.
3 Bhatia, A.K. 2002. Tourism Development: Principles and Practices. New Delhi: Sterling Publishers Private Limited: 49-52.
4 Ryan, C. 1991. Recreational Tourism: A Social Science Perspective. London: Routledge: 65
5 Payne, Malcolm. 1997. Modern Social Work Theory. Edisi Kedua. London: MacMillan Press Ltd.
6 S. Amanah. Jurnal Komunikasi Pembangunan.ISSN 1693-3699 Februari 2010, Vol. 08, No. 1.Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. siti_amanah@ipb.ac.id. Mayor Komunikasi Pembangunan, Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan Kamper Kampus IPB
7 Bowling, Chester J., dan Barbara A. Brahm. 2002. Shaping Communities through Extension Programs. Journal of Extension, June 2002 Volume 40 Number 3.
8 Nikijuluw, Victor. 2002. RezimPengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta: Kerjasama Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional (P3R) dengan PT Pustaka Cidesindo.
9 Tjokrowinoto, M. 2005. Pengurangan Kemiskinan Melalui Pariwisata: Perspektif Kebijakan Publik. Dalam Damanik, J., Kusworo, H.A., dan Raharjana, D.T. (Ed.). Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Yogyakarta: Kepel Press: 53.
10 Amanah, S. 2007. Kearifan Lokal dalam Pengembangan Komunitas Pesisir. Bandung: CV. Citra Praya.
11 Basuki Antariksa dengan jurnal “Penegakan hukum pariwisata di dki jakarta sebagai Destinasi pariwisata internasional”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.Jalan Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta 10110.e-mail: antariksa70@yahoo.com; antariksa.basuki@gmail.com
12 Watson, R. 2009. The %ext 50 Years: Perubahan-perubahan Besar 50 Tahun Mendatang. Jakarta: PT. Ufuk Publishing House: 334-335.
13 Sulviyana, dkk. 2012. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir. Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo Kendari.
14 Kunkel, L.M. 2008. International Tourism Policy and the Role of Governments in Tourism in the Context of Sustainability. Norderstedt (Germany): GRIN Verlag: 9.
15 Narasaiah, M.L. 2006. Tourism and World Trade Organization. New Delhi: Discovery Publishing House



Comments

Popular posts from this blog

Proposal Kegiatan Penyuluhan Narkoba Dan Sosialisasi Lantas

Cukup Shalat Dhuha 2 Rakaat, kamu udah bersedekah ke 360 sendi ditubuhmu

Training Dasar Organisasi-KAMMI KEPRI