PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN MELALUI HOME INDUSTRY
PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN MELALUI HOME INDUSTRY
FATMAWATI
110563201090
Ilmu Administrasi
Negara
Fakultas Ilmu Sosial
Dan Politik
Universitas Maritim
Raja Ali Haji
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pariwisata
menjadi suatu hal yang menarik saat ini, apalagi tempat ini selalu menjadi
destinasi para turis lokal ataupun mancanegara untuk menghabiskan waktu
liburnya bersama teman maupun keluarga. Pariwisata menjadi hal yang tak luput
dari perhatian pemerintah, apalagi semenjak adanya UU no 32 tahun 2004 yang membuat
pemerintah pusat dan daerah semakin gencar untuk memanfaatkan kawasan pariwisatanya
sebagai penambah devisa negara ataupun pendapatan asli daerah.
Banyak cara yang dilakukan oleh
pemerintah pusat atau daerah dalam memanfaatkan pariwisata menjadi tempat yang
dapat mendatangkan keuntungan dari mengadakan suatu event pariwisata hingga
memanfaatkan hasil alam yang dikelola secara kreatif lalu dijual keturis lokal
ataupun mancanegara. Akan tetapi banyak pula daerah yang belum mampu mengelola
pariwisatanya secara maksimal yang sebenarnya memiliki tempat wisata yang indah,
dengan pasir putih dan laut yang bersih, memiliki kearifan lokal ataupun
lainnya.
Biasanya pengelolaan yang belum maksimal dan
promosi yang belum intens hanya menjadi tujuan wisata turis lokal saja yang
kurang membawa pemasukan terhadap pendapatan dan hal ini pulalah yang
menyebabkan kurang terkenalnya suatu kawasan pariwisata dan kurangnya dalam
pemberdayaan masyarakat pesisir.
Masyarakat pesisir terutama para nelayan kecil, masih terbelit oleh persoalan
kemiskinan dan keterbelakangan. Terdapat persoalan tertentu terkait dengan
aspek ekologis, sosial, dan ekonomi, sehingga masyarakat pesisir masih
tertinggal (Hanson 1984).1 Rendahnya taraf hidup masyarakat pesisir,
kurangnya pemberdayaan masyarakat pesisir, terbiarkan begitu saja kawasan
pariwisatanya serta akses yang kurang memadai untuk menuju ke lokasi merupakan
persoalan utama yang sering dijumpai di kawasan pariwisata dan bisa menjadi
salah satu indikator kurangnya pembangunan kepariwisataan yang berada di daerah
– daerah.
Padahal dengan memanfaatkan potensi
kawasan pariwisata dan dukungan dari masyarakat pesisir agar kreatif dalam
memanfaatkan hasil alam bisa membawa keuntungan yang besar bagi perekonomian
daerahnya terutama ekonomi keluarga. Pembangunan kepariwisataan perlu di bantu
oleh pemerintah daerah, dinas kelautan dan perikanan, dinas pariwisata dan
pengusaha penunjang kepariwisataan dalam mengelola kawasan pariwisata tersebut
jika tidak, akan menimbulkan ketidak sinergian dalam membangun kawasan
pariwisata dan effect yang kurang sebagai daya tarik wisatawan untuk datang
ketempat tersebut. Agar pembangunan kawasan pariwisata berjalan lancar maka
kawasan tersebut haruslah memiliki suatu keunikan yang menjadikannya sebagai
daya tarik tertentu karena pembangunan kepariwisataan tentulah tidak luput dari
pengaruh masyarakat pesisir yang tinggal berada di kawasan tersebut dengan
tujuan ikut dapat membantu kesejahteraannya.
Melalui uraian masalah tersebut, penulis
tertarik ingin mengangkat suatu judul menjadi essai dalam penulisan ini yang
berjudul “Pembangunan Kepariwisataan melalui Home Industry”
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan menjadi batasan dalam
penulisan ini yaitu “bagaimana meningkatkan Pembangunan Kepariwisataan melalui
Home Industry?”
1.3 Tujuan dan Manfaat
Ada beberapa
tujuan dan manfaat dari penulisan essai ini yaitu
1.
Untuk mengetahui
perkembangan kepariwisataan di indonesia
2.
Untuk mengetahui
pembangunan kepariwisataan di indonesia
3.
Untuk mengetahui
keuntungan home industry
4.
Untuk mengetahui
bagaimana meningkatkan Pembangunan Kepariwisataan melalui Home Industry
5.
Membantu
peneliti lainnya yang ingin mengambil judul yang sama mengenai pembangunan
kepariwisataan
6.
Mengembangkan
ilmu administrasi negara dalam menganalisis segala hal
7.
Menjadi bahan
pengetahuan agar lebih mengenal potensi yang ada di daerahnya.
KAJIAN TEORI
Pariwisata selalu
menjadi destinasi yang tepat ketika seseorang merasakan lelah dan merefresh
diri dan tempat pariwisata selalu menjadi tempat yang menggiurkan untuk
melakukan suatu bisnis, apalagi jika bisnis tersebut dapat mendatangkan
keuntungan bukan hanya negara dan daerah tetapi juga masyarakat yang berada
disekitar.
Bila
dilihat dari segi etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta
yang terdiri dari dua suku kata, yaitu pari berarti berkeliling, berputar-putar,
berkali-kali, dari dan ke serta kata wisata berarti berpergian, perjalanan,
yang dalam hal ini bersinonim dengan kata travel. Berdasarkan arti kata
tersebut bahwa pariwisata adalah melakukan suatu perjalanan untuk berkeliling
disuatu tempat baik di daerahnya sendiri maupun didaerah orang lain. Menurut (Goeldner dan Ritchie : 2009)2 Selalu ada saja yang menjadi alasan wisatawan
berkunjung ke suatu tempat pariwisata karena “…seeks various psychic and
physicalexperiences and satisfaction” (mencari pengalaman dan kepuasan yang
bersifat psikis dan fisik). Berkaitan dengan hal tersebut, sebuah faktor
penting yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum sebuah destinasi pariwisata
dikembangkan adalah motivasi yang menjadi latar belakang seseorang untuk
berwisata. Menurut (R.W. McIntosh dalam
bhatia : 2002)3 menjelaskan bahwa motivasi yang mendorong
seseorang untuk melakukan perjalanan adalah sebagai berikut:
1.
Pleasure (bersenang-senang), dengan tujuan “melarikan diri” untuk sementara
dari rutinitas sehari-hari.
2.
Relaxation, rest and recreation (beristirahat untuk menghilangkan
stress) dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. Hal tersebut
antara lain dilakukan dengan mengunjungi lingkungan yang berbeda dengan yang
dilihatnya sehari-hari, di mana lingkungan tersebut memberikan kesan damai dan
menyehatkan;
3.
Health (kesehatan), yaitu berkunjung ke tempat-tempat yang dapat
membantu menjaga kesehatan atau menyembuhkan penyakit
4.
Participation in sports (olah raga yang bersifat rekreasi) contohnya
seperti diving
5.
Curiousity and culture (rasa ingin tahu dan motivasi yang berkaitan
dengan kebudayaan), yang saat ini semakin meningkat kualitasnya karena
perkembangan teknologi informasi dan peningkatan kualitas pendidikan.
6.
Ethnic and family (kesamaan etnik dan kunjungan kepada keluarga). Khusus
berkaitan dengan kesamaan etnik, orang dapat termotivasi untuk mengunjungi
suatu tempat karena dianggap sebagai tempat tinggal/kelahiran nenek moyangnya.
7.
Spiritual and Religious (alasan yang bersifat spiritual dan keagamaan),
memiliki keadaan agama yang sama dan ingin melakukan ibadahnya di tempat
tersebut.
8.
Status and prestige (menunjukkan status sosial dan gengsi), dengan
tujuan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa seseorang memiliki status
sosial dan gengsi yang tinggi karena mampu berwisata ke suatu destinasi
pariwisata tertentu
9.
Professional or business (melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
profesi/pekerjaan), misalnya aktivitas menghadiri suatu sidang atau konferensi.
Berdasarkan sembilan alasan motivasi tersebut bisa
menjadi acuan bagi kita untuk membangun suatu pariwisata, membangun pariwisata
yang dapat membuka lapangan pekerjaan, peningkatan kesejahteraan masyarakat di
sekitar destinasi pariwisata, meningkatkan nilai/citra suatu wilayah geografis,
termasuk yang miskin akan sumber daya ekonomi dan mendorong revitalisasi suatu
wilayah geografis yang telah kehilangan daya tariknya, misalnya kota tua atau
wilayah bekas pertambangan (Ryan : 1991).4
Untuk dapat menjadi suatu
daerah tujuan wisata yang baik maka kita harus mengembangkan tiga hal yang
dapat memotivasi para wisatan datang kekawasan kita yaitu :
1. Something to see, adalah segala sesuatu yang
menarik untuk dilihat.
2. Something to buy, adalah segala sesuatu yang
menarik atau mempunyai ciri khas tersendiri untuk dibeli.
3. Something to do, yaitu suatu aktivitas yang dapat dilakukan
di tempat tersebut.
Dalam essai ini penulis lebih menitik
beratkan pada something to buy dalam pembangunan kepariwisataan melalui home
industry.
PEMBAHASAN
Dalam
kaitannya dengan uraian tersebut di atas, Pasal 4 UU No. 10 Tahun 2009 telah menjelaskan
bahwa tujuan dikembangkannya kepariwisataan adalah dalam rangka:
1.
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
2.
meningkatkan
kesejahteraan rakyat
3.
menghapus kemiskinan
4.
mengatasi pengangguran
5.
melestarikan alam
6.
lingkungan dan sumber daya
7.
memajukan kebudayaan
8.
mengangkat citra bangsa
9.
memupuk rasa cinta tanah air
10. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan
mempererat persahabatan antarbangsa.
Dalam pembangunan kepariwisataan kita juga perlu
memperhatikan bagaimana pemberdayaan masyarakat pesisir yang berada di daerah
tersebut. (Payne : 1997)5 mengemukakan bahwa pemberdayaan (empowerment)
pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan kekuatan (daya) untuk
mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan
diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam
melakukan tindakan. Berdasarkan pendapat diatas adalah bahwa pemberdayaan
merupakan suatu langkah untuk membantu masyarakat dalam mengambil suatu
keputusan maupun tindakan yang dapat mempengaruhi keadaan sosialnya atau keluar
dari keterpurukan ketidakmampuan.
Jika
berbicara mengenai masyarakat pesisir, tentulah hampir semua orang mengatakan
bahwa masyarakat pesisir adalah mereka yang bertempat tinggal dipinggiran
pantai dengan pekerjaan nelayan ataupun distributor ikan. Masyarakat pesisir
selalu dikenal sebagai orang yang masih ketinggalan jauh dengan peradaban
modern dengan penghasilan yang tidak terlalu tinggi.
Amanah dalam jurnalnya6
mengatakan bahwa Masyarakat
pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan hidup di wilayah pesisiran. Wilayah
ini adalah wilayah transisi yang menandai tempat perpindahan antara wilayah
daratan dan laut atau sebaliknya. Berdasarkan pendapat
tersebut adalah bahwa pesisir merupakan salah satu indikator pembatas antara
daratan dengan lautan yang dihuni oleh sekelompok orang. Masyarakat pesisir
selalu menjadi subyek orang – orang yang kurang mendapat sentuhan dari
pemerintah sehingga membuat masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang kurang
terhadap pengetahuan ataupun segala informasi. Banyak diantaranya faktor-faktor
yang menyebabkan masyarakat pesisir menjadi suatu komunitas yang terbelakang
atau bahkan terisolasi sehingga masih jauh untuk menjadikan semua masyarakat
setempat sejahtera.
Dilihat dari faktor internal masyarakat pesisir
kurang terbuka terhadap teknologi zaman sekarang, sulit mau mengaplikasikan
tekhnologi karena minimnya pengetahuan dan juga skill serta tidak cocoknya
pengelolaan sumberdaya dengan budaya masyarakat setempat. Sedangkan dari segi
eksternal masih kurangnya pemberdayaan terhadap pesisir yang dilakukan oleh
pemerintah, sehingga membuat perekonomian mereka rendah dan kurang produktif. Kedua
faktor ini menjadi beberapa penghambat dalam pembangunan kepariwisataan,
menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah maupun para dinas terkait untuk
segera memberi solusi dan tindakan yang nyata.
(Bowling
dan Barbara : 2002)7 mengemukakan
bahwa program penyuluhan dapat membentuk perubahan perilaku melalui prinsip
berbagi pengetahuan, dan pengalaman dengan masyarakat. Maksud dari bowling dan
barbara ini adalah bahwa butuh suatu program yang dapat mengubah kondisi suatu
masyarakat terutama masyarakat pesisir yang bisa dimulai dengan membantu
pemberdayaan masyarakat pesisir melalui home industry yang bisa dilakukan oleh
siapapun dan kapanpun. Tempat untuk home industry ini bisa menggunakan rumah
–rumah penduduk, Rumah-rumah penduduk bersifat multifungsi, artinya tidak hanya
sebagai tempat hunian dan sosialisasi, tetapi juga difungsikan untuk
mengeringkan ikan dan krupuk (yakni bagian atap rumah ataupun teras depan rumah).
Ikan kering (ikan asin) ada yang dijual ke pasar atau dikonsumsi sendiri. Bahan
baku ikan kering diperoleh dari hasil tangkapan suami atau dibeli dari nelayan
lain. Menurut (Nikijuluw : 2002)8 Ikan
kering yang dikonsumsi sendiri biasanya dimanfaatkan ketika masa tidak
memungkinkan untuk melaut atau tidak ada hasil tangkapan dalam waktu yang
relative lama. Ikan dikeringkan agar kondisinya bertahan lama sehingga dapat
dimanfaatkan setiap saat. Tujuan dari home industry ini untuk membantu perjalanan dalam pembangunan
kepariwisataan serta dapat memberdayakan masyarakat pesisir yang berada di
daerah - daerah.
Pembangunan
kepariwisataan juga berkaitan langsung dengan upaya pengentasan kemiskinan,
sektor pariwisata memiliki peran yang sangat penting. Menurut (Tjokrowinoto : 2005)9 Pembangunan pariwisata dapat
mengurangi tingkat kemiskinan karena karakteristiknya yang khas sebagai
berikut:
1. Konsumennya
datang ke tempat tujuan sehingga membuka peluang bagi penduduk lokal untuk memasarkan
berbagai komoditi dan pelayanan.
2. Membuka
peluang bagi upaya untuk mendiversifikasikan ekonomi lokal yang dapat menyentuh
kawasan-kawasan marginal
3. Membuka
peluang bagi usaha-usaha ekonomi padat karya yang berskala kecil dan menengah
yang terjangkau oleh kaum miskin
4. Tidak
hanya tergantung pada modal, akan tetapi juga tergantung pada modal budaya (cultural
capital) dan modal alam (natural capital) yang seringkali merupakan
asset yang dimiliki oleh kaum miskin.
Sektor
pariwisata dapat mengurangi ketergantungan terhadap barang impor yang sering
dilakukan oleh indonesia karena sebagian besar barang modal dan barang habis
pakai bisa disediakan di kawasan pariwisata tersebut, seperti oleh - oleh
kerajinan tangan, makanan dan minuman, dan daya tarik wisata tertentu lainnya. Pembangunan
kepariwisataan yang dapat menurunkan tingkat kemiskinan ini sekaligus dapat memberdayakan
masyarakat pesisirnya bisa melalui “home indusry”, yupz home industry yang
menurut penulis bisa menjadi alternatif dalam memperbaiki perekonomian lokal.
Menurut (Kartasapoetra : 2000 dalam amanah)10,
Pengertian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi lagi penggunanya, termasuk kegiatan rancang bangun industri
dan perekayasan industri. Sedangkan Home
sendiri diambil dari bahasa inggris yang artinya adalah rumah atau suatu tempat
tinggal. Jadi home industry itu adalah suatu tempat yang digunakan untuk
kegiatan ekonomi dalam mengelola barang yang masih bernilai rendah menjadi
barang dengan nilai yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya dengan suatu catatan
administrasi keuangan yang masih sangat sederhana.
Menurut
penulis home industry memiliki beberapa keuntungan dalam pengimplementasiannya
yaitu :
1. Menyerap
tenaga kerja yang lebih banyak, bisa perempuan ataupun laki – laki
2. Mengurangi
beban pemerintah dalam menangani penganguran
3. Memanfaatkan
waktu dengan produktif
4. Mendekatkan
antara anggota keluarga satu dengan lainnya untuk bekerjasama membangun suatu
produk
5. Menyadarkan
masyarakat pesisir agar lebih kreatif dalam memanfaatkan hasil alam
6. Menumbuhkan
kesadaran masyarakat apabila mau berusaha tentulah mereka bisa memperbaiki
perekonomian keluarga
7. Dapat
membuat suatu daerah tersebut menjadi terkenal karena hasil olahan produk home
industry nya
8. Dapat
mendatangkan wisatawan asing untuk berlibur dikawasan pariwisata sembari
menikmati hasil produk olahan home industry yang murah
9. menarik
wisatawan asing untuk ikut menjadi distributor dalam memasarkan home industry
10. melalui
home industry ini bisa menjadi icon atau ciri khas tersendiri bagi wilayahnya
11. melalui
home industry ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat berada dikawasan
pesisir dan membuka peluang pekerjaan untuk masyarakat di pesisir.
Ada suatu anonim yang
mengatakan bahwa “tourism is doing business in a smart way”
(kepariwisataan adalah melakukan bisnis dengan cara yang lebih pintar). Nah ini
salah satunya, meningkatkan kepariwisataan melalui home industry, cara cerdas
yang dapat mendatangkan keuntungan baik bagi negara (devisa negara), daerah
(Pendapatan Asli daerah) dan masyarakat sekitar (pemasukan keuangan ekonomi
keluarga).
Akan tetapi pembangunan
kepariwisataan melalui home industry perlu mendapat dukungan dari semua
stakeholder. Basuki Antariksa
dalam jurnalnya11 mengatakan bahwa Pembangunan kepariwisataan yang
berkelanjutan, yaitu yang menjamin bahwa keuntungan yang optimal akan diperoleh
secara berkelanjutan, hanya dapat diwujudkan dengan pendekatan (kebijakan) yang
bersifat komprehensif dan terintegrasi. Berdasarkan pendapat diatas bahwa perlu
ada kebijakan yang dapat mendukung bisnis home industry agar tetap eksis sampai
kapanpun dan itu perlu integrasi dari segala dinas, dari dinas pariwisata dan
ekonomi kreatif, dinas kelautan dan perikanan, dinas perindustrian dan
perdagangan serta pemerintah daerah ataupun kabupaten. Agar kesemuanya tersebut
dapat berjalan secara searah tanpa overlapping atau berebutan untuk
melaksanakan suatu program
Home industry ini perlu
dibantu oleh dinas pariwisata dan ekonomi kreatif karena tujuan industry ini
selain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga untuk membangun
pariwisata yang memiliki nilai keunikan tersendiri dari hasil olahan alamnya, suatu
daerah kepariwisataan harus benar- benar
memiliki unique selling point yang
luar biasa untuk menjadi target kunjungan para wisatawan lokal ataupun
mancanegara dan ini perlu dukungan
dari dinas kelautan dan provinsi karena bahan utama yang menjadi home industry
adalah hasil alam yang ada dilaut itu sendiri, bisa berupa ikan yang diolah
menjadi kerupuk ataupun cemilan ringan, ikan yang diolah menjadi sarden ataupun
bekas kulit gonggong atau kerang yang bisa di kreatifkan menjadi oleh – oleh
cinderamata bagi pengunjung.
Dinas kelautan dan perikanan juga wajib
melakukan peninjauan langsung ke masyarakat pesisir yang membuat olahan home
industry, apakah ikan yang ditangkap melaui hal yang legal seperti jaring atau
yang ilegal seperti pukat harimau, hal ini dilakukan untuk tetap menjaga
kelestarian laut agar tidak punah walau sering dimanfaatkan isinya. Dinas kelautan dan perikanan juga bisa mengajari
bagaimana cara mengelola produk hasil laut dengan baik. Produk yang telah
dihasilkan tentunya perlu dipasarkan agar orang lain dapat menikmati, merasaka
hasil produk olahan yang berada di kawasan pariwisata tersebut dan ini pun
perlu bantuan dinas perindustrian dan perdagangan sebagai lembaga yang
memudahkan masyarakat pesisir dalam memasarkan produknya baik skala nasional
maupun internasional yang tentunya dapat meningkatkan benefit secara besar. Dari
semua dinas yang turut berperan dalam home industry perlu dibantu pula oleh
pemerintah kota maupun kabupaten dalam menerapkan kebijakan yang tepat untuk
membangun kepariwisataan melalui home industry.
Pembangunan
kepariwisataan melalui home industry harus menjadi trending suatu daerah agar
semangat promosinya intens dalam memperkenalkan kawasana destinasi pariwisata
tersebut dan hasil olahan home industrynya tanpa melunturkan kearifan lokal
didalamnya. suatu destinasi
Persaingan untuk menjadi destinasi pariwisata unggulan tidak lagi hanya terjadi
antar negara, melainkan akan menjadi persaingan antar wilayah geografis yang
lebih kecil – yang berarti membuat kualitas persaingan menjadi semakin berat,
yaitu pada tingkat kota (Watson, R : 2009)12.
Pembangunan
kepariwisataan ini juga harus memiliki prinsip dan visi ke depan, memiliki misi
yang dinamis mengikuti zaman karena jangan sampai home indutry ini hanya
menjadi hangat ketika di awal tetapi setelah sudah lama menjadi hal biasa,
tentu saja kita tidak menginginkan hal ini terjadi. Perlu ada keberlanjutan
dari pembangunan kepariwisataan melalui home industry. Keberlanjutan itu
sendiri pada hakikatnya adalah suatu etik, suatu perangkat prinsip-prinsip,dan
pandangan ke masa depan (Sulviyana : 2012)13
Nah,
dengan pembangunan kepariwisataan melalui home industry ini harus bisa
memotivasi masyarakat pesisir dalam membangun daerahnya agar lebih maju,
membangun peredaran uang di kawasannya melalui home industry, membangun
kesadaran untuk berwirausaha melalui home industry, membangun kepercayaan bagi
siapapun untuk datang berkunjung ke daerahnya yang didukung dengan Perlindungan keamanan, stabilitas politik dan
penyediaan skema fasilitasi pendanaan dalam penyelenggaraan usaha pariwisata
(Kunkel : 2008)14
Perlindungan
kualitas lingkungan hidup, termasuk di dalamnya hal-hal seperti tingkat
kejernihan air laut dan kebersihannya, nilai-nilai budaya yang luhur, jumlah
wisatawan yang boleh berkunjung dalam suatu waktu tertentu, dan sebagainya.
Pembangunan
kepariwisataan melalui home industry juga perlu ditunjang oleh sarana dan
prasana yang memadai, seperti mudahnya accessibility untuk ke daerah wisata
tersebut. media yang siap mengekspos atau mempromosikan kepariwisataan tersebut
beserta produk olahan home industrynya.
(Berdasarkan Sumber :
Ditjen Imigrasi dan BPS (diolah kembali oleh Pusdatin Kemenparekraf (www.parekraf.go.id) Jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara di 19 pintu masuk utama menurut kebangsaan dan pintu lainnya Bulan
januari - september 2014 mencapai tingkat pertumbuhan hingga 8,31 % dengan
perbandingan 6.414.149 jiwa tahun 2013 sedangkan tahun 2014 6.946.849 jiwa. Berdasarkan sumber tersebut ini menandakan bahwa
pembangunan kepariwisataan di indonesia terus maju secara signifikan dan
membawa dampak yang baik untuk indonesia.
Diperkirakan bahwa pada tahun 2020, jumlah kunjungan
internasional akan mencapai angka 1,56 milyar kali, dengan peningkatan jumlah
perjalanan jarak jauh (longhaul) dari 18% menjadi 24%.6 (Narasaiah : 2006)15.
Dengan demikian, terdapat peluang yang lebih besar bagi Indonesia untuk menarik
lebih banyak segmen pasar tersebut yang pada umumnya berasal dari negara-negara
yang berpendapatan tinggi (negara maju). Dengan begitu daerah bisa lebih mudah
mempromosikan kawasan pariwisatanya sekaligus hasil produk home industrynya.
PENUTUP
Ada suatu anonim yang
mengatakan bahwa “tourism is doing business in a smart way”
(kepariwisataan adalah melakukan bisnis dengan cara yang lebih pintar). Nah ini
salah satunya, meningkatkan kepariwisataan melalui home industry, cara cerdas
yang dapat mendatangkan keuntungan baik bagi negara (devisa negara), daerah
(Pendapatan Asli daerah) dan masyarakat sekitar (pemasukan keuangan ekonomi
keluarga).
Melalui hal sederhana inilah kita bisa memulai
pembangunan kepariwisataan melalui home industrynya dengan dukungan dari segala
aspek baik dari stakeholder maupun pemangku kepentingan pendukung pariwisata
hingga penyediaan sarana dan prasana yang memadai yang memudahkan turis lokal
maupun mancanegara untuk berjalan ke lokasi tersebut.
Sektor pembangunan kepariwisataan melalui home
industry ini dapat Mendorong pengembangan wilayah dan penciptaan kawasan
ekonomi baru, Meningkatkan jumlah dan permintaan akan produk perikanan dan laut
baik di dalam maupun luar negeri, memotivasi daerah lain mengembangkan kawasan
pariwisatanya untuk lebih produktif, membantu penyebaran infrastruktur hingga ke
pelosok daerah, mendatangkan income bagi negara serta menjadikan salah satu
gerbang perekonomian nasional. Dengan demikian, home industry
sebaiknya diposisikan sebagai sektor pendukung keberhasilan dalam pencapaian
tujuan pembangunan kepariwisataan.
REFERENSI
1
Hanson, A. J. 1984. Coastal Community: International Perspectives. Paper
Presented at the 26 th Annual Meeting of the Canadian Commission for UNESCO, St
John’s Newfoundland,
6 th June 1984.
2
Goeldner, C.R. and Ritchie, J.R.B. 2009. Tourism: Principles, Practices,
Philosophies. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.: 5.
3
Bhatia, A.K. 2002. Tourism Development: Principles and Practices. New
Delhi: Sterling Publishers Private Limited: 49-52.
4
Ryan, C. 1991. Recreational Tourism: A Social Science Perspective. London:
Routledge: 65
5
Payne, Malcolm. 1997. Modern Social Work Theory. Edisi Kedua. London: MacMillan
Press Ltd.
6 S. Amanah. Jurnal Komunikasi Pembangunan.ISSN
1693-3699 Februari 2010, Vol. 08, No. 1.Peran
Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir. siti_amanah@ipb.ac.id.
Mayor Komunikasi Pembangunan, Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan
Kamper Kampus IPB
7 Bowling,
Chester J., dan Barbara A. Brahm. 2002. Shaping Communities through Extension Programs.
Journal of Extension, June 2002 Volume 40 Number 3.
8 Nikijuluw,
Victor. 2002. RezimPengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta: Kerjasama Pusat
Pemberdayaan dan Pembangunan Regional (P3R) dengan PT Pustaka Cidesindo.
9 Tjokrowinoto, M. 2005. Pengurangan Kemiskinan
Melalui Pariwisata: Perspektif Kebijakan Publik. Dalam Damanik, J., Kusworo,
H.A., dan Raharjana, D.T. (Ed.). Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata.
Yogyakarta: Kepel Press: 53.
10
Amanah, S. 2007. Kearifan Lokal dalam Pengembangan Komunitas Pesisir. Bandung:
CV. Citra Praya.
11
Basuki Antariksa dengan jurnal “Penegakan
hukum pariwisata di dki jakarta sebagai Destinasi pariwisata internasional”. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kepariwisataan
Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.Jalan Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta
10110.e-mail: antariksa70@yahoo.com; antariksa.basuki@gmail.com
12 Watson, R. 2009. The %ext 50 Years:
Perubahan-perubahan Besar 50 Tahun Mendatang. Jakarta: PT. Ufuk Publishing
House: 334-335.
13 Sulviyana, dkk. 2012. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Pesisir. Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo Kendari.
14 Kunkel, L.M. 2008. International Tourism Policy and
the Role of Governments in Tourism in the Context of Sustainability.
Norderstedt (Germany): GRIN Verlag: 9.
15
Narasaiah, M.L. 2006. Tourism and World Trade Organization. New Delhi:
Discovery Publishing House
Comments